SANANA – Pendukung dan simpatisan pasangan calon bupati Kepulauan Sula (Kepsul) Fifian Adeningsi Mus dan Saleh Marasabessy (FAM-SAH) tampak berlebihan menyambut rekomendasi B1-KWK dari partai besutan Prabowo Subianto, dengan membuat narasi “kalah di daerah menang di pusat (Mahkamah Konstitusi).
Narasi yang ramai dibicarakan para politisi dan aktivis di Kepsul ini tentu memiliki tujuan untuk melemahkan pendukung setia pasangan Hendrata Thes dan M. Natsir Sangadji (HT-MANIS), karena diketahui, Sabtu (24/8/2024) pasangan petahana FAM-SAH secara resmi diusung partai presiden terpilih Prabowo Subianto.
Isu tersebut langsung ditepis, ketua badan pemenangan pemilu (Bappilu) dewan pimpinan cabang (DPC) partai Demokrat kabupaten kepulauan sula, Najamudin Umasangaji. Pria yang akrab disapa Raka ini menegaskan, kekuasaan ada di tangan rakyat.
“Artinya setiap kontestasi pemilihan kepala negara, legislatif maupun kepala daerah harus mendapat persetujuan dari rakyat, dalam hal ini rakyat yang memilih dan menentukan siapa yang layak menjadi pemimpin lima tahun kedepan, tentu dengan preferensi, rasa, rasio sesuai kriteria masing-masing pemilih,” katanya.
Menurut Raka, narasi atau opini dikembangkan paslon FAH-SAH ini terkesan dimembodohi masyarakat dengan isu mendapat partai milik presiden terpilih Prabowo Subianto sehingga menang itu sangat keliru.
“Kemenangan kandidat ada pada rakyat. Jika kemenangan rakyat diabaikan buat apa ada pemilihan umum dengan anggaran yang fantastis, jika pemimpin sudah ditentukan dengan kata lain pemilu hanya formalitas (Kalah di daerah menang di pusat) itu kesesatan yang nyata,” tegasnya.
Raka menambahkan, demokrasi membuka ruang seluas-luasnya untuk masyarakat memilih pemimpin yang ideal visioner. Olehnya itu Raka mengajak, mari berpolitik dengan santun, membangun kesadaran politik yang sehat dan menangkan rakyat dengan visi bukan sekedar gizi. (att/)