Kisah Inspiratif Mama Cahya Gagas UMKM di Kawasi, Punya Penghasilan Besar Sejak Dibina CSR Harita Nickel


HALSEL – Kehadiran PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan yang beroperasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, tidak hanya membawa dampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan semata.

Lebih dari itu, Harita Nickel juga mendorong masyarakat lingkar tambang di Desa Kawasi untuk menumbuhkan perekonomian mereka dengan turut membangun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui program Corporate Social Responsibilty (CSR).

Sebagaimana diketahui, Desa Kawasi merupakan desa yang terletak bersebelahan dengan kawasan industri Pulau Obi sebagai lokasi penambangan dan industrialisasi nikel terintegrasi milik Harita Nickel. Bersebelahan dengan kawasan industri, tentu masyarakat Desa Kawasi merasakan pergerakan ekonomi dari keberadaan investasi di wilayah tersebut.

Perekonomian Desa Kawasi perlahan tumbuh dan bertransformasi menjadi pusat ekonomi baru di Pulau Obi. Tidak hanya penyerapan sumber daya manusia (SDM) ke perusahaan, namun juga turut bermunculan beberapa usaha-usaha rakyat yang dijalankan penduduk lokal.

Salah satu contoh inspiratif UMKM yang sukses dikembangkan melalui kelompok usaha Obi Jaya Mandiri yang merupakan mitra binaan CSR Harita Nickel di Desa Kawasi adalah UMKM “Horiwo Kawasi” yang digagas oleh Suryani Jouronga. Sejak berdiri pada 2019, usaha ini telah meraih penghargaan dalam ajang Indonesian CSR Awards dan Indonesian SDGs Award 2023 dengan kategori Terbaik 1 Local Hero on Social Responsibility untuk pemberdayaan UMKM.

Sebagai warga asli Pulau Obi, perempuan yang akrab disapa Mama Cahya itu mengaku merasakan langsung dampak positif dari keberadaan perusahaan.

Mama Cahya menceritakan, dirinya bersama puluhan perempuan lain dari Desa Kawasi membentuk kelompok UMKM yang memproduksi berbagai produk makanan olahan, mulai dari keripik pisang, keripik keladi, tahu-tempe, hingga sambal ikan.

Produk utama dari Mama Cahya berupa keripik pisang diberi nama Horiwo, asal kata dari Horewo yang berarti mari berkumpul. Mama Cahya mengaku bisa memiliki skill ini setelah mendapat pendampingan dan pelatihan dari pihak perusahaan.

Mereka awalnya ragu dalam mengembangkan usaha tersebut, sebab rata-rata buah pisang di Desa Kawasi punya rasa asin yang tinggi. Mereka khawatir, kandungan rasa pada buah pisang tersebut tidak bisa membawa keuntungan pada hasil jualan mereka.

”Produk yang paling dicari adalah keripik pisang. Kami awalnya tidak mengira kalau keripik pisang dikemas dan dipasarkan seperti ini,” ujar Mama Cahya.

Keraguan mereka akhirnya berubah menjadi keinginan untuk dapat tumbuh dan berkembang setelah mendapat binaan langsung dari CSR Harita Nickel. Mama Cahya memberanikan diri dengan modal awal dari kantong pribadinya, serta mengajak beberapa perempuan lainnya, mulai membuka usaha keripik pisang Horiwo Kawasi.

Usaha mereka perlahan mulai tumbuh dan menemukan pasarnya. Dengan dampingan CSR Harita Nickel, kelompok ini diajari tentang mengemas dagangan mereka secara baik. Mereka juga diajarkan terkait cara pemasaran. Keuntungan mereka pun naik drastis seiring dengan banyaknya peminat. Saat ini, dalam setahun mereka mampu meraup omzet senilai Rp 500 juta.

“Keberadaan perusahaan telah membuka jalan ekonomi baru bagi saya dan para perempuan Desa Kawasi lain. Kami yang tergabung dalam kelompok UMKM kini memiliki penghasilan tambahan dari yang sebelumnya hanya bergantung dari hasil mencari ikan di laut,” ucap Mama Cahya dengan bangga.

Keberadaan kelompok UMKM ini menunjukkan bahwa hilirisasi tidak hanya memberikan nilai tambah pada produk tambang semata, tetapi juga dapat memberdayakan masyarakat sekitar dan menciptakan perubahan positif dalam kehidupan mereka. (hrt/red)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Teras Berita