NAMANYA Nursafa Ibrahim (60). Ia tinggal di Kelurahan Maliaro, RT 10, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, Maluku Utara.
Dalam kesehariannya, wanita yang akrab dipanggil mama Nursafa ini berjualan nasi kuning di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasan Bosoirie Ternate.
Dia memulai kegiatan jualan di waktu subuh. Diwaktu yang sebagian orang masih tidir, mama Nursafa harus berjibaku dengan waktu, menyiapkan keperluan dan kebutuhan jualannya.
Begitulah dialektika kehidupan Mama Nursafa untuk tetap bertahan hidup di tangan pandemi Corona ini. Apalagi, dalam rumahnya, mama Nursafa tidak sendirian. Dia juga harus menghidupi kebutuhan dua cucunya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Dua cucunya itu tidak lagi tinggal bersama orang tuanya karena sudah pisah alias bercerai, sehingga mama Nursafa lah yang merawat mereka sampai sekarang.
“Alhamdulillah, anak-anak mahasiswa Poltekes Kemenkes Ternate, dan warga sekitarnya cicipi apa yang saya sediakan,” cerita mama Nursafa saat ditemui habartimur.com di tempat jualannya.
Ditanya bagaimana menghadapi pandemi virus corona atau covid-19, Mama Nursafa mengaku kewalahan. Sebab, dengan virus corona ini membuat keadaan seramai kondisi normal.
Apalagi, agar kedua cucunya Alya Anjani (8) yang duduk di bangku kelas dua SD, dan adiknya Ara Ilham (7) SD kelas satu SD Bosoirie 2 itu tidak ketinggalan proses belajar mengajar di sekolah, dia harus lebih bekerja agar bisa membeli handphone Android.
“Corona inikan anak-anak semua belajar online. Tetapi kasihan, saya tidak bisa beli anak-anak HP android atau laptop. Apalagi harus pakai internet atau pulsa data. Bae kalau orang yang ada (secara ekonomi, red), di rumah pake wifi deng dong ada laptop deng HP kalau kaya torang ini, akang torang tara bisa mo belajar. HP ada tapi yang harga Rp 300 ribu,” tutur mama Nursafa.
Mama Nursafa pun meminta agar, proses belajar tatap muka segera diberlakukan agar kedua cucunya kembali sekolah.
“Kalau tarada, dorang ketinggalan mata pelajaran gegara belajar online ini. Apalagi sekarang so masuk ulangan. Saya juga tidak bisa Kase belajar anak-anak karena Torang pe pengetahuan saja terbatas mau ajar anak-anak bagaimana,” cerita Mama Nursafa sambil tersenyum khasnya.
Dia merasa perihatin dengan kedua cucunya karena selama diberlakukan belajar online, mereka tidak bisa ikuti karena tidak memiliki HP android atau laptop.
“Saya sangat prihatin dengan kondisi cucunya saya, yang tak bisa ikut belajar. Kasihan, mereka hanya ikut saya jualan nasi kuning saat pagi, sampai jualan habis terjual,” pungkasnya. (**)