SANANA – Sukses menggelar festival tanjung waka (FTW) tahun 2022 lalu, Syahjuan Fatgehipon kembali dipercaya Bupati Kepulauan Sula (Kepsul) Fifian Adeningsi Mus kembali menangani FTW tahun 2023 yang dilaksanakan 4 November 2023 nanti.
Syahjuan Fatgehipon yang saat ini menjabat sebagai kepala BAPPEDA Kepsul ini mengaku, pengembangan wisata membutuhkan kerja keras semua pihak, termasuk masyarakat.
“Jika membangun sebuah peradaban pariwisata itu bukan hal yang instan, butuh kerja keras, investasi besar, serta pastinya dukungan dari masyarakat sadar wisata,” kata Syahjuan, Jumat (27/10/2023).
Dia mencotohkan, salah satu desa wisata di Provinsi Bali yakni Desa Penglipuran, Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. “Waktu saya studi banding di Desa Panglipuran, ternyata desa ini butuh 20 tahun mengembangkan wisatanya. Awalnya, desa ini dikenal desa termiskin. Tidak memiliki apa-apa, daerah hampir 80 persen dikelilingi hutan bambu. Mereka berjuang 15 tahun mengembangkan wisatanya. Masuk tahun ke-20, akhirnya desa ini masuk dalam desa wisata terbersih nomor satu dunia, dengan penghasilan per bulan tembus Rp 1 miliar,” tuturnya.
Contoh lain, kata Syahjuan di Desa Pulang Pisau Kabupaten Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Desa ini kata Syahjuan, awalnya desa yang dikelilingi dengan rawa-rawa dan pohon pandan. Namun, berkat dukungan masyarakat akan wisata, kini menjadi desa unggulan. “Kurang lebih 25 tahun masyarakat dan pemerintahnya berjuang, kini berubah menjadi desa wisata unggulan menyumbang PAD bagi daerah,” ujarnya.
Menurutnya, kunci dari pengembangan wisata unggul tak terlepas dari kesadaran masyarakat. “Jadi FTW merupakan salah satu upaya merintis pembangunan dan mengembangkan pariwisata di kepulauan Sula,” terangnya.
Dia mengaku, sampai hari ini masih banyak kritik buat pemerintah daerah, namun, sejujurnya ada hal baik yang disampaikan bahwa FTW kini sudah masuk prioritas pengembangan pariwisata di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Masuknya FTW di jajaran Komite Ekonomi Nasional (KEN) tahun 2023, tentu ini harus disambut secara optimis untuk terus mengembangkan potensi pariwisata di tanjung waka. ”Pentingnya kesadaran masyarakat wisata menjadi salah satu kunci keberhasilan pengembangan wisata di suatu daerah,” tandasnya.
Sambung Syahjuan, destinasi tanjung waka belum singnifikan penyumbang Pendatan Asli Daerah (PAD), akan tetapi dari kegiatan FTW kini sudah dikenal secara nasional bahkan beberapa negara di dunia.
“Destinasi wisata tanjung waka yang tidak kalah menarik dengan pantai anyer di banten, atau pantai jimbaran di bali, dan bahkan gili trawangan di lombok,” tutup Syahjuan. (att/)